Index»
bakso
»
dari
»
keong
»
Bakso dari Keong
Bakso dari Keong
Senin, 16 Desember 2013
Dari hama menjadi ladang bisnis, kiranya itulah ide penelitian yang muncul di benak Pratama Rachmat Wijaya, siswa SMA 1 Muhamadiyah, Solo, Jawa Tengah. Di tangan Pratama, keong yang selama ini hanya menjadi hama padi dan musuh petani, diteliti untuk menjadi bahan daging bakso yang lezat dan menguntungkan.
Pratama adalah satu dari 95 peserta tingkat SMP-SMA yang menggelar hasil penelitiannya pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2010 di Jakarta sejak 4 hingga 9 Oktober 2010. "Penelitian saya ini memang lebih mengedepankan sisi wirausaha ekonomi masyarakat desa, karena keong yang merupakan hama tanaman padi bisa dimanfaatkan untuk membuat daging bakso," ungkap Pratama.
Pratama menambahkan, ditinjau dari aspek ekonomi, petani mengalami kerugiam besar karena hama keong. Untuk itu, penelitian yang dilakukannya diupayakan dapat membantu kerja petani, yaitu membasmi keong dengan cara memanfaatkan dan mengubahnya menjadi bermanfaat sebagai daging bakso.
"Satu kilogram daging keong dijual Rp 10.000. Jika diolah dengan bumbu dan sayur-sayuran, modal awal untuk 20 mangkok bakso yang siap makan sebesar Rp 34.000. Dari modal itu kemudian dibagi menjadi 20 mangkok, maka satu mangkok bisa dijual Rp 1.700. Penjual bisa menjualnya Rp 3.500. Maka, jika dihitung-hitung, satu mangkok bisa untung Rp 1.800," jelas Pratama.
Dia memaparkan, dilihat dari kesehatannya, daging keong pun lebih banyak keunggulannya dibandingkan daging ayam. Untuk karbohidrat, bakso ayam memiliki kandungan hingga 7,30 %, sementara bakso keong memiliki nilai karbohidrat hingga 33,69 %. "Proses penelitian ini saya kerjakan selama 1,5 bulan. Idenya dari menonton TV, saya melihat banyak petani yang merugi akibat hama ini, padahal hama ini bisa dimanfaatkan," lanjut Pratama.
"Teksturnya juga lebih kenyal seperti bakso urat dan warnanya agak gelap," tambahnya. (*/Kompas)
Pratama menambahkan, ditinjau dari aspek ekonomi, petani mengalami kerugiam besar karena hama keong. Untuk itu, penelitian yang dilakukannya diupayakan dapat membantu kerja petani, yaitu membasmi keong dengan cara memanfaatkan dan mengubahnya menjadi bermanfaat sebagai daging bakso.
"Satu kilogram daging keong dijual Rp 10.000. Jika diolah dengan bumbu dan sayur-sayuran, modal awal untuk 20 mangkok bakso yang siap makan sebesar Rp 34.000. Dari modal itu kemudian dibagi menjadi 20 mangkok, maka satu mangkok bisa dijual Rp 1.700. Penjual bisa menjualnya Rp 3.500. Maka, jika dihitung-hitung, satu mangkok bisa untung Rp 1.800," jelas Pratama.
Dia memaparkan, dilihat dari kesehatannya, daging keong pun lebih banyak keunggulannya dibandingkan daging ayam. Untuk karbohidrat, bakso ayam memiliki kandungan hingga 7,30 %, sementara bakso keong memiliki nilai karbohidrat hingga 33,69 %. "Proses penelitian ini saya kerjakan selama 1,5 bulan. Idenya dari menonton TV, saya melihat banyak petani yang merugi akibat hama ini, padahal hama ini bisa dimanfaatkan," lanjut Pratama.
"Teksturnya juga lebih kenyal seperti bakso urat dan warnanya agak gelap," tambahnya. (*/Kompas)
Sumber : ciputraentreprenuerchip.com
Related Posts : bakso,
dari,
keong
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar